Latest News

Monday, February 1, 2021

[DS] Art 1) USTAD PARODI DISERIUSIN, KELEN SEHAT ? ( Dan Artikel 2,3,4 Lain Di Bawahnya. )

(1)
*USTAD PARODI DISERIUSIN, KELEN SEHAT ?*
Sekali2 ngobrollah dengan Abu Janda.

Dia orangnya polos, ceria, spontan, keras kepala, tapi hatinya baik. Jadi saya ketawa ketika orang mencurigai dia sebagai penyusup, agen, intelijen dan sebagainya. Jujur, dia sama sekali ga punya kapasitas itu. Jauh. 

Abu Janda orangnya spontan, mikirnya gak panjang, seradak seruduk gak jelas, suka pansos, banci tampil. Apa itu model penyusup atau agen ? Haha..

Itulah yang buat saya betah berteman dengan dia. Gak munafik. Gak punya agenda. Gak memanipulasi teman. Dia apa adanya, orang gada beban. Asik2 aja. Kadang kayak anak kecil suka ngambekan.

Parodi adalah jalan ninjanya. Ya, cuma itu yang dia bisa. Dia bukan akademisi spt Ade Armando. Atau penulis spt Denny Siregar. Atau pendebat seperti Adian Napitupulu. 

Kesal dgn parodinya ? Ya wajar, anda bukan segmen marketnya. Abu Janda itu lakunya di tiktok, tempat konten receh. Penontonnya disana ratusan ribu. Jadi gak perlu serius2 amat nonton video Abu Janda. Anggap aja nonton Mr Bean, ngeselin tapi bawaannya pengen nonton lagi.

Saya juga heran seberapa pentingnya sih Abu Janda sampe harus dibahas 7 partai, mantan Menteri sampe 2 ormas besar ??

Gak penting. Malah partai, mantan menteri dan 2 ormas besar itu yang mengerdilkan dirinya kalo bahas Abu Janda. Namanya di aja Abu Janda, nama parodi. Berarti gak serius. Wong gak serius kok dibahas sampe viral ? Apa pada kurang kerjaan ? 😄

Tanpa disadari, si Abu Janda malah tambah besar. Lha yang bahas dia yang besar-besar ? 

Pada takut ama tokoh parodi, tapi ga peduli sama Munarman yang sedang framing dgn keji, pada Bahtiar Nasir yang sibuk bagaimana caranya supaya revolusi, pada Felix Siaw yg sedang cari jalan untuk cuci otak anak kecil. 

Mereka itu serius semua lho orangnya, punya target besar juga dana. 

Merekalah yang harus diwaspadai, bukan ustad parodi. Kok kebalik2 jadinya ? Sampek maksa2 melibatkan Kapolri 😄

Mungkin banyak yg lagi bingung. Cari celah gimana caranya Pemilu 2022 jadi. Maka pada pansos supaya namanya dikenal sebagai anti rasisme dan anti intoleransi. Abu Janda, yang suka tik tokan dgn follower besar siapa tahu bisa jadi jembatan supaya nama mereka dikenali..
Haha... Kopiku malam ini pahit sekali 😄
Srufuttt..
Denny Siregar
===================

(2)
Abu Janda Tenggelamkan Susi Pudjiastuti
Tak disangka. Kisruh pernyataan Abu Janda yang membawanya ke ranah hukum melahirkan kadrun baru: Susi Pudjiastuti.

Tanpa ampun netizen membongkar borok Susi Pudjiastuti. Susi tak lebih adalah bagian dari Cendana dan Cikeas. Susi bersama SBY dan Cendana menggerakkan demo 212. Hal yang publik tidak pernah tahu.

Betapa dulu Menteri Susi, yang ke mana pun menenteng crew medsos, selama 6 tahun menyembunyikan diri. Dia menutupi kedok seolah sebagai ksatria, media darling berbayar, ternyata hanyalah seonggok manusia yang memang asli kadrun.

Susi ternyata bukan yang dilihat oleh publik. Pantas Jokowi membuang Susi dari kabinet, yang Abu Janda dan netizen menyayangkan. Saya pun baper ketika Susi disingkirkan oleh Jokowi. Kini, ketika Abu Janda mengalami penderitaan hukum, Susi pun menghantam Abu Janda.

Ini karena Susi yang asli sudah tampak. Pergulatan bisnis dan kepentingan bisnis Susi yang dipangkas oleh Jokowi telah membawa Susi ke bentuk aslinya.

Sebagai anggota geng kadrun, ibarat siswi baru mengalami perploncoan. Susi harus membuktikan diri layak sebagai anggota kadrun, agar diakui sebagai bagian komunitasnya.

Maka, Susi yang sudah buntu pun menggunakan momentum Abu Janda untuk membuktikan kiblat barunya: Kadrun. Dihantamnya Abu Janda dengan himbauan unfollowed akun Abu Janda kepada Netizen. Sah. Inilah wujud baiat Susi Pudjiastuti kembali ke pangkuan kelompok Cendana, Cikeas, Petamburan dan 212.

Netizen terbelah. Ada yang mendukung Susi Pudjiastuti. Yang mendukung Permadi Arya alias Abu Janda pun banyak. Termasuk saya tentu.

Betul. Tanpa melebihkan dan mengurangkan, catatan saya ini tentang teman seperjuangan. Tentang upaya Abu Janda dan saya melawan radikalisme, intoleransi, dan terorisme. Abu Janda adalah kawan saya. Kawan pelawan kaum radikal. Teman menghantam teroris dan intoleransi.

Dialah yang disebut sebagai musuh nomor satu para teroris. Bahkan ketika saya mengalami penyiksaan, ketika pelintiran informasi digiring, Abu Janda alias Permadi Arya tampil ke permukaan. Meluruskan yang salah. Top. 

Hingga darah kami dihalalkan oleh para teroris. Bukan sembarangan. Tentu risiko menunggu. Termasuk kematian. Inilah perjuangan melawan kegilaan kaum radikal. Melawan para teroris. Kaum yang menggunakan seluruh akal budinya untuk menipu. Menipu siapa pun yang mabuk agama, dan yang awam.

Mereka adalah kelompok Khawarij modern yang berwujud dalam diri ormas teroris dan terlarang HTI, FPI, dan tentu kaum Wahabi dan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan Abu Janda terhadap mereka bukanlah perlawanan sembarangan.

Bahkan dunia nyata Abu Janda berbeda. Kebebasannya terbelenggu. Jalan-jalan di mall, keluyuran di tempat publik, adalah barang mewah baginya. Hidupnya adalah dalam bayang ancaman dan kematian. Itulah realita perjuangan.

Kini, Abu Janda tengah mengalami pergumulan. Perenungan menghadapi jam 10.00 siang nanti di Bareskrim Polri. Ya. Abu Janda kesandung kerikil tajam. Perjuangan harus menelan pengorbanan. Termasuk pengorbanan itu adalah bersikap tawadhu. Perenungan. Karena tidak ada manusia yang sempurna.

Permintaan maaf Permadi Arya alias Abu Janda, mengaku salah dan khilaf adalah wujud kerendahan hati yang menjadi ciri khas Muslim sejati. Dia salah, khilaf. Dan dia sudah tabayyun, sikap Ksatria yang patut diacungi jempol. Jauh dari arogansi yang muncul dari parodinya yang menyengat kaum kadrun. Dia ternyata manusia biasa yang masih berevolusi, hingga memungkinan dia bersalah.

Dalam pergulatan melawan kaum radikal, teroris, intoleransi yang dilakukan oleh Abu Janda, saya mendukung 100 persen. Termasuk melawan Susi Pundjiastuti sekali pun. Berkat Abu Janda lahirlah kadrun berjudul: Susi Pudjiastuti.

Bagiku, Abu Janda adalah kawan seperjuangan yang tak akan saya tinggalkan. Dalam suka dan dalam derita. Abu Janda I am with you!
========================



(3)
ASU, CAPRES CAWAPRES 2024.
Anies-Susi
disingkat ASU.. 😂😂🙈

Test the water nya diuji pada Pilkada DKI 2022 nanti.

Target utama, tertuju pada Pilpres 2024.

ASU bakal didukung PKS, Nasdem dan PAN. Metode kampanye, politik identitas, isu SARA, dan rekayasa foto, ala Pilkada DKI 2017.

Metro TV dan Media Grup, full coverage skenario ini? Iyaa, jika ownernya memerintahkan seperti itu.. 

Seperti kita ketahui, Surya Paloh,  boss besar Metro TV dan Media Grup, adalah elite politik pertama, yg merekomendasikan Anies sbg salah seorang unggulan dari Nasdem, untuk Capres 2024 nanti.. Nasdem tidak melihat tokoh lain, yg elektabilitas nya sebaik Anies waktu itu. 

Semula Surya Paloh sempat ragu dengan Anies, karena miskin prestasi dan banyak unfaedah dalam program pembangunan yg dibuatnya di DKI. Program unfaedah Anies tsb sering menjadi bahan olok2 masyarakat se Indonesia.

Namun dukungan benalu politik 3C kepada Surya, membuat ketololan  yg sudah diperbuatnya, seolah akan dapat ditutupi jika ada figur kuat melapis Anies.

Nama Susi diajukan ke Surya, dengan segala benefitnya.. Kloop.. Om bewok tertarik dan disusun lah roadmap menuju pilkada DKI 2022 hingga roadmap menuju Pilpres 2024..

Trio3C dipastikan ada dibelakang rencana ASU ini. 

Harus nya, skenario rahasia ini, belum saatnya untuk terekspos ke publik.. Kehadiran si Susi, yg tiba2 dapat slot program di jam prime time pada Metro TV, lebih dari setahun ini dimaksudkan untuk pra kondisi Susi, menuju kursi Istana, adalah bagian dari roadmap tsb.

Nama program Cek Ombak yg dipilih Susi untuk acara nya tsb, dimaksudkan untuk menguji reaksi publik atas tinggi rendahnya tingkat popularitas Susi, yg sudah tidak dipercaya lagi oleh Presiden Jokowi, ada di dalam kabinet.. 

Dengan program tv ini, Susi sekaligus dapat bargaining ke sejumlah pihak. Kaum kadrun dan KAMI sbg barisan sakit hati, menaruh harapan pada kehadiran Susi. Perempuan bertatoo dan perokok berat yg semula dibenci kadrun PKS, mendadak jadi disayang mereka..

Namun tiba2, Susi kepedean dan kepeleset arogan.. Sosok Permadi Arya alias Abu Janda, yg sejak lama menjadi benteng pembela Susi, saat dirinya dipersoalkan kadrun karena tatoo nya, justru dizolimi Susi dengan enteng nya.. Susi dalam cuitannya di media sosial, menghimbau followersnya agar unfollow Permadi Arya.

Netizen kaget. Tidak menyangka, si Susi berbalik menjadi malin kundang pada Permadi Arya, demi kepentingan politik kekuasaan nya.. Tanpa ampun, ajakan unfollow justru memakan dirinya sendiri..  

Netizen marah dan sgt kecewa dgn kesewenang-wenangan Susi dlm bersikap.. Sejak kmrn dan hari ini, sikap mengunfollow akun Susi di medsos, justru berlanjut terus..

Kejadian yg diluar alur roadmap ini, bikin gusar kubu PKS dan Nasdem.. Reaksi netizen yg membela Permadi Arya, diluar hitungan Susi dan Nasdem..

Satu persatu keburaman Susi yg selamat ini tertutup rapi ke publik, kini mulai terkuak.. 

Publik dibuat kaget dgn info yg beredar di medsos, bahwa dulu, Susi menyewakan 20 unit bus untuk memberangkatkan warga Pangandaran, ikut aksi 212 ke Monas Jakarta.. Aksi 212 yg dinilai sbg bagian dari cara untuk menjatuhkan Jokowi lewat kasus Ahok saat itu, diam-diam turut didukung Susi.. 

Blundernya Susi ini mengacaukan skenario tersembunyi yg selama ini manis berjalan...

Banyak orang skrg baru paham, mengapa Presiden Jokowi, melihat kan sikap tidak mau bertemu Susi  lg, sejak periode 5 thn kabinet pertama nya itu tuntas.. Boro2 diajak kembali membantu bekerja dalam kabinet, untuk bertemu Susi pun, Presiden menampiknya..

Bisa jadi, inilah buah dari karma yg harus dirasakan Susi.... 

Dan memang keberuntungan singkatan ASU sebagai sebuah ikonik pasangan Capres, jauh dari keberuntungan apalagi ridho dari langit dan bumi..

Susi, kau layak Tenggelam, atas kesombongan diri mu sendiri... Di dasar laut, barangkali ada sekolah yg bisa melengkapi ijazah SMP mu, menjadi punya ijazah SMA, hingga minimal ijazah S1. Itulah standar  keilmuan dan akademik, untuk lahir nya etika dan moralitas seorang intelektual.

Dan semua yg dibelakang layar itu, sudah diketahui bapak Presiden kita.
Budhius Ma'ruff ✍️
Reposting HariMerdeka Drecpecs ✊🇮🇩
===========================
(4)
OPSI ARBITRASE
Oleh: Josef H. Wenas
Saya kira Polri perlu mulai mempertimbangkan opsi arbitrase diluar proses pidana dalam persoalan saling tuduh SARA antara Natalius Pigai-Abu Janda yang telah melibatkan para pihak diluar mereka berdua merasa berkepentingan.

Masalahnya Pigai sendiri punya jejak digital terkait ucapannya yang juga bisa dipersepsikan SARA. Saling lapor pidana semacam ini akan membentuk bola salju yang akan mengundang bermacam "vested interests" untuk ikutan membesarkan gelundungannya. 

Kemarin mulai muncul desakan di media mainstream agar Abu Janda segera ditangkap, bahkan lebih jauh lagi, kasus ini akan jadi alat ukur kinerja Kapolri yang baru. 

Besok, kalau jejak digital tuduhan SARA oleh Pigai terhadap etnis Jawa menggelundung jadi bola salju, gantian akan didesak bahwa kinerja Kapolri ukurannya adalah memproses pidana Natalius Pigai.

Jadi mana yang benar, Kapolri diukur dari bertindak tegas terhadap Abu Janda atau terhadap Natalius Pigai? 

Atau terhadap keduanya? Hati-hati, the devil is in the details, apa yang kelihatannya serupa belum tentu sama dalam suatu penyelidikan pidana. Kerumunan Rizieq Shihab ternyata tidak sama dengan kerumunan Rafi Ahmad, bukan?

Kalau Kapolri baru kita nanti berhasil ditarik kedalam dilema bola salju SARA ini, bukan tidak mungkin sasaran berikutnya adalah atasan langsung Kapolri. 

Yang paling updated adalah buntut "Insiden Km 50 Tol Cikampek." Setelah gagal menarik Presiden Jokowi kedalam pusaran kasus ini, lalu ada pihak yang pikirannya ngawur— padahal tahu sudah pasti ditolak— tetap saja mau membawanya ke ICC di Den Haag. 

Bola salju itu liar, bongkar-bongkaran SARA antara Abu Janda-Pigai, bisa saja membesar dengan ikutan kasus-kasus lain yang serupa di masa lalu. Faktanya, selalu ada pihak yang ingin membesarkannya!
Two wrongs don't make a right.
-Josef H. Wenas, Yogyakarta 31 Januari 2021
🇮🇩🙏🇮🇩
========================

No comments:

Post a Comment

Tags

3 Denny Siregar (14) Aoky Vera (11) 1 Ade Armando (7) 2 Raja Bonar (7) Ninoy N Karundeng (7) Eko Kuntadhi (6) 4 Rudi S Kamri (5) Andre Vincent W (5) Iyyas Subiakto (4) Perangi Radikalisme (4) Analisis Politik (3) Politik (3) Surat Terbuka (3) BUMN (2) Birgaldo Sinaga (2) Dugaan Rekayasa (2) Jubir Teroris (2) Kejahatan Organisasi (2) Pembohongan Publik (2) Perangi Teroris (2) Tingkah Laku (2) Tirta (2) Tito Gatsu (2) Ajaran Nabi (1) Akhmad Sahal (1) Aneh Bin Nyata (1) Aoki Vera - Live (1) Aroma Koruptor (1) Asi News (1) Azab DKI (1) Balap Mobil (1) Banjir Jakarta (1) Benahi DKI (1) Berita Sidang (1) Biografi Ade Armando (1) Dikormersialisasi (1) Diluar Logika (1) Dosen Universitas (1) Dugaan Cina (1) Fakta Sejarah (1) Fraksi Tv (1) Gratis Masuk Sekolah (1) Gubernur DKI (1) Hafal Alquran (1) Halal Dan Haram (1) Hutang Negara (1) Ideologi Negara (1) Instrospeksi Diri (1) Janji Politikus (1) Jaya Wijaya (1) Joko Widodo (1) Jubir FPI (1) Kadrun Berjatuhan (1) Kebobrokan Pejabat (1) Kebodohan Gubernur (1) Kebohongan Pejabat (1) Ken Setiawan (1) Korupsi (1) Kura-Kura (1) Maling Teriak Maling (1) Masalah Reklamasi (1) Melengserkan Jokowi (1) Membela Negara (1) Mobil Kalengkaleng (1) NKRI Harga Mati (1) Neo PKI (1) Nyai Dewi Tanjung (1) Orde Baru (1) Organisasi Bermasalah (1) Ormas Bermasalah (1) Pancasila (1) Pembongkar Kasus (1) Perangi Korupsi (1) Prilaku DPR RI (1) Proxy War (1) Raja Bonar (1) Rencana Menjatuhkan (1) Revisi UU KPK (1) Sarang Teroris (1) Sejarah Kelam (1) Setia Kecurangan (1) Siapa Raja Bonar (1) Situs Dialihkan (1) Soal Banjir (1) Suara Rakyat (1) Syarat Jadi Presiden (1) Terlalu Go3blog (1) Tidak Berlangsungkawa (1) Tolak Wisata Halal (1) Tunggangi Papua (1) Umat Islam (1) Vaksin (1) Wakil Rakyat (1) Wanita Jepang (1) William (1) Wisata Netral (1)