Latest News

Friday, March 12, 2021

MENGULITI ANIES

*MENGULITI ANIES*
Oleh : Eko Kuntadhi
*Program unggulan Anies Baswedan yang disemburkan saat kampanye mulai dikuliti satu-satu. Sejak awal Anies bicara program-programnya emang isinya mirip bungkus chiki, tampilan doang yang besar. Isinya kebanyakan angin.*

Saat itu saya sudah yakin programnya bakal nggak jalan. Wong isinya angin. Cuma ngomong sekebon.

Program rumah DP 0% misalnya. Dari target 232 ribu unit rumah yang akan dibangun Anies 2017-2022, yang baru terealisasi hanya 1000 unit. Gak sampai 1%. Padahal sekarang sudah 2021.

Bahkan dari 1000 unit itu, yang dihuni paling hanya 200-an. Lihat saja apartemen Pondok Kelapa, yang kini mirip rumah hantu, kosong melompong.

*Kegagalan program ini ditambah lagi dengan kasus korupsi. KPK sudah menjadikan direktur Sarana Jaya sebagai tersangka. Duit Rp270 miliar untuk pengadaan tanah nggak jelas juntrungannya.* Pemiliknya belum sepakat, duitnya sudah dibayarkan ke calo.

Sarana Jaya sebagai BUMD milik Pemda DKI memang bertugas menyediakan tanah untuk proyek rumah DP 0%.

*Yang baru kebongkar memang untuk kasus pembelian tanah di Pondok Ranggon, Cipayung, Jaktim. Padahal ada 9 bidang tanah lagi yang diperuntukan buat program bungkus Chiki itu.*

Lain lagi sama program penanganan banjir. Sebetulnya program ini sudah ada rencana besarnya. Pemerintah pusat membangun bendungan di bagian hulu untuk menahan air masuk Jakarta. Sementara Pemda DKI diminta mengurus aliran sungainya.

Dua bendungan di Bogor sedang dalam proses penyeselasaian akhir sekarang. Lokasinya di Sukamahi dan Ciawi. Gimana pengurusan soal sungai?

Inilah masalahnya. Waktu jaman Ahok, sungai-sungai itu ditangani dengan normalisasi. Pinggiran kali di beton, dibuatkan jalur inspeksi di kiri kanannya. Dari 33 KM aliran kali di Jakarta, sudah 16 KM yang dikerjakan.

Waktu itu masyarakat yang tinggal di pinggiran kali, direlokasi ke rumah susun sewa murah. Sewanya ada yang hanya Rp180 ribu sebulan. Lengkap dengan furniture.

Lalu Anies datang. Menolak normalisasi. Ia mau melakukan naturalisasi. Idenya tidak membeton pinggiran kali, tapi dibiarkan natural.

*Masalahnya rencana ini membutuhkan pinggiran kali yang melandai. Butuh lahan sangat luas di kiri kanan kali. Sedangkan kali-kali di Jakarta pinggirannya sudah padat penduduk.*

Jika mau melakukan Anies harus membebaskan tanah lebih luas. Warga yang dipindahkan lebih banyak. Tapi gimana cara mindahinnya, wong kalau mau menghuni rumah DP 0% mereka kudu bergaji Rp7 juta.

Dalam Pergub DKI No. 31/2-19 tentang Pembangunan dan Revitalisasi Prasarana Sumber Daya Air dengan Konsep Naturalisasi. Uniknya, ada klausul bahwa revitalisasi itu dilakukan dengan syarat lahannya tersedia.

Kalau tidak ada lahan? Ya udah, nggak usah kerja.

Pergub itu didramatisir oleh Dinas Sumber Daya Air dengan ketentuan teknis bahwa turap beton nggak bisa lagi digunakan. Turap harus batu bronjongan yang landai selebar 12 meter.

Lantas, ada jalur hijau penahan erosi, jalan inspeksi. Kalau harus memenuhi kaidah ini, sempadan dan badan Sungai Ciliwung lebarnya paling kurang 75 meter.

Jelas tak ada tanah nganggur selebar itu di DKI. Jadi, Pergub itu seperti pembenaran bagi Anies untuk tidak melakukan apapun di Kali Ciliwung, Kali Krukut, Kali Pesanggrahan dll.

Resikonya, kalau hujan deras Jakarta tetap banjir. Wong nggak ada aksi sama sekali.

Juaini Yusuf, Kadin SDA Pemda DKI yang sudah pasang badan buat program bungkus Chiki itu, dicopot. Pas ketika Jakarta dilanda banjir Febuari 2021 kemarin.

*Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saja sampai puyeng menghadapi rencana kerja Anies yang nggak jelas. Ia mengaku tidak mengerti konsep naturalisasi yang dimaui Anies.*

Basuki mengaku sudah berkali-kali minta penjelasan teknis soal naturalisasi. Hasilnya bodong. Cuma sesumbar di atas kertas.

Belum lagi soal sodetan Ciliwung yang sebetulnya tinggal beberapa ratus meter lagi. Guna sodetan itu untuk membagi arus air ke Banjir Kanal Timur. Jadi nggak numpuk di Ciliwung.

Pembangunan sodetan itu tugas pemerintah pusat. Tapi pembebasan lahannya tugas Pemda DKI. Nah, sampai sekarang nggak kelar-kelar juga. Salah satu alasannya nggak ada budget. Padahal hanya Rp160 miliar.

*Sialnya, Pemda DKI bisa tuh mengalokasikan budget buat tanda jadi Formula E yang entah kapan terlaksana. Duit yang sudah keluar Rp560 miliar.*

Mikir nggak sih, masa buang-buang duit buat kegiatan yang nggak ada manfaatnya bisa dilakukan. Tapi membebaskan lahan sodetan Ciliwung ngakunya nggak punya duit?

Kalau cuma Rp160 miliar, dividen yang didapat Pemda dari saham perusahaan bir selama dua tahun rasanya bisa deh, buat nutupin biayanya. Masalahnya ada kemauan nggak?

Mungkin sadar program bungkus Chikinya nggak bisa jalan. Wagub DKI Ariza kemarin menyatakan normalisasi akan dilakukan tahun ini. Nah, balik lagi kan. Normalisasi. Karena memang langkah itu yang paling memungkinkan buat Jakarta.

Untuk melakukan normalisasi, terpaksa Gubernur harus merevisi Pergub naturalisasi yang penuh hayalan itu.

Sebetulnya masih ada Oke-OC yang dulu juga jadi program andalan ketika kampanye. Entah gimana nasibnya sekarang. Sejalan dengan mundurnya Sandi jadi Wagub.

Itulah resikonya kalau memilih Gubernur yang programnya mirip bungkus Chiki. Keliatan gede. Isinya cuma angin doang.

"Omongan Anies kayak tante Mirna tetangga kita ya, mas. Semok, putih, mulus. Tapi gak bisa dipegang," ujar Abu Kumkum.
.#WallOfShameGabener

No comments:

Post a Comment

Tags

3 Denny Siregar (14) Aoky Vera (11) 1 Ade Armando (7) 2 Raja Bonar (7) Ninoy N Karundeng (7) Eko Kuntadhi (6) 4 Rudi S Kamri (5) Andre Vincent W (5) Iyyas Subiakto (4) Perangi Radikalisme (4) Analisis Politik (3) Politik (3) Surat Terbuka (3) BUMN (2) Birgaldo Sinaga (2) Dugaan Rekayasa (2) Jubir Teroris (2) Kejahatan Organisasi (2) Pembohongan Publik (2) Perangi Teroris (2) Tingkah Laku (2) Tirta (2) Tito Gatsu (2) Ajaran Nabi (1) Akhmad Sahal (1) Aneh Bin Nyata (1) Aoki Vera - Live (1) Aroma Koruptor (1) Asi News (1) Azab DKI (1) Balap Mobil (1) Banjir Jakarta (1) Benahi DKI (1) Berita Sidang (1) Biografi Ade Armando (1) Dikormersialisasi (1) Diluar Logika (1) Dosen Universitas (1) Dugaan Cina (1) Fakta Sejarah (1) Fraksi Tv (1) Gratis Masuk Sekolah (1) Gubernur DKI (1) Hafal Alquran (1) Halal Dan Haram (1) Hutang Negara (1) Ideologi Negara (1) Instrospeksi Diri (1) Janji Politikus (1) Jaya Wijaya (1) Joko Widodo (1) Jubir FPI (1) Kadrun Berjatuhan (1) Kebobrokan Pejabat (1) Kebodohan Gubernur (1) Kebohongan Pejabat (1) Ken Setiawan (1) Korupsi (1) Kura-Kura (1) Maling Teriak Maling (1) Masalah Reklamasi (1) Melengserkan Jokowi (1) Membela Negara (1) Mobil Kalengkaleng (1) NKRI Harga Mati (1) Neo PKI (1) Nyai Dewi Tanjung (1) Orde Baru (1) Organisasi Bermasalah (1) Ormas Bermasalah (1) Pancasila (1) Pembongkar Kasus (1) Perangi Korupsi (1) Prilaku DPR RI (1) Proxy War (1) Raja Bonar (1) Rencana Menjatuhkan (1) Revisi UU KPK (1) Sarang Teroris (1) Sejarah Kelam (1) Setia Kecurangan (1) Siapa Raja Bonar (1) Situs Dialihkan (1) Soal Banjir (1) Suara Rakyat (1) Syarat Jadi Presiden (1) Terlalu Go3blog (1) Tidak Berlangsungkawa (1) Tolak Wisata Halal (1) Tunggangi Papua (1) Umat Islam (1) Vaksin (1) Wakil Rakyat (1) Wanita Jepang (1) William (1) Wisata Netral (1)