Latest News

Monday, March 22, 2021

Gaduh Sidang Rizieq Shihab, Simpatisan Berkumpul di Sekitar Pengadilan Negeri


*Gaduh Sidang Rizieq Shihab, Simpatisan* 
*Berkumpul di Sekitar Pengadilan Negeri*
"Menolak Dibawa Sidang Online, Habib Rizieq Berdebat Dengan Jaksa"

Friday, March 19, 2021

Anis Lagi....Anis Lagi.

*Anis Lagi....Anis Lagi.*
_*Memang, Anies itu adalah masalah terbesar bagi Jakarta. Karena ia menyebabkan banyak masalah lain bermunculan. Boro-boro menyelesaikan masalah yang ada. Anies justru sibuk mengumpulkan penghargaan. Simak lebih lanjut dalam Channel Eko Kuntadhi: Anies Lagi, Anies Lagi!*_

Strategi Adu-Domba Dengan Hembuskan Hoax Pencapresan "Puan-Moeldoko"


*Strategi Adu-Domba Dengan Hembuskan* 
*Hoax Pencapresan "Puan-Moeldoko"*
Strategi politik kotor sedang dimainkan oleh kelompok tertentu untuk menyudutkan 
Pemerintah dan PDIP.Siapa yang sedang bermain api ? Ikuti OPINI RUDI dalam video ini.

SUASANA KONDISI POLITIK SAAT INI HOROR, JOKOWI MENAKUTKAN !!

*SUASANA KONDISI POLITIK SAAT INI* *HOROR, JOKOWI MENAKUTKAN !!*
*22 tahun pasca runtuhnya orba kita tidak merasakan perubahan yg signifikan. 6,5 thn pertama di era Habibie, GUSDUR dan Megawati kita hanya diberi pemanis kembang gula, manis di permukaan, pahit pada dasarnya.*

Masa transisi itu sulit dilalui karena sejatinya hanya segelintir orang yg benar² mau berubah dari kemapanan hidup dgn cara siluman, setiap bangun pagi nafas kita hanya diisi oleh barang bersubsidi. Itu yg disebut oleh arwah Soeharto dgn jargon " enak zaman ku tho ".

Beberapa kali kita katakan munculnya SBY adalah sebuah kecelakaan fatal buat Indonesia, bayangkan selain porak poranda masalah pembangunan, dan keuangan, dia juga membiarkan berseminya bibit perpecahan antar anak bangsa dalam kerentanan yg nyata khususnya agama.

*Pembiarannya terhadap HTI, FPI yg ber DNA teroris adalah bukti dia tak perduli Indonesia mau jadi apa, yg penting dia HEPI sambil nyanyi. Atau itulah kapasitasnya, sehingga outputnya nyaris menghanguskan Indonesia.*

Sampai pada titik masuk ke zona membahayakan SBY hanya prihatin. Untung saja Tuhan berkehendak lain, Jokowi di hadirkan, HTI dan FPI di bubarkan, Indonesia terselamatkan.

*Hadirnya Jokowi bak mimpi diujung tidur panjang, tapi begitu tersentak kita terbangun didepan kenyataan, bahwa hasil kerjanya jelas ada di depan mata.* 

Jokowi benar² bekerja, dan Indonesia seperti mendapat nutrisi dan transfusi darah baru, darah kebenaran.

Ibarat terserang kanker stadium 4, Indonesia nyaris sekarat. Jokowi bak dokter spesialis, dia mengenal anatomi Indonesia, dia sentuh dari Aceh sampai Papua yg masih menyimpan rasa sakit akibat ulah orba, dan SBY yg tak merubah apa² utk bangsa besar ini, malah badannya dia sendiri yg tambah melebar tapi kerjanya hambar.

*Jangan biarkan kopimu dingin, bola liar sedang menggelinding. Demokrat adalah kuda jingkrak yg pelananya di perebutkan dua jocky. Kita lihat siapa yg akan bertahan duduk diatasnya, Moeldoko atau AHY, karena yg terjadi disana akan mempengaruhi arah politik Indonesia.* (_*teruskan baca artikel menarik di bawah ini ... *_👤👪👫👇)
Saat ini ada dua kutub tarik menarik antara rakyat dan para pengkhianat, rakyat mau Jokowi 3 kali, pengkhianat maunya Jokowi berhenti. Lihat saja pancingannya dimana2, PKS, Amin Rais, dan ada juga umpan kepura²an seperti Nasdem. Kenapa mereka melempar isu itu, ya karena mereka mengukur kekuatan dan jago yg akan di pasangkan.

*Secara politik benar kalau isu 3 PRIODE di lempar oleh mereka sebagai umpan berharap di tangkap Jokowi kemudian di smash balik. Serangannya bisa macam² bisa dibilang Jokowi tak patuh UU, atau mungkin isu keserakahan kekuasaan akan di hembuskan.*

*Bertemunya Nasdem dan Golkar adalah bak CLBK, kita tau SP siapa, dan Golkar siapa, serta sosok yg mana yg masih bermain disana, tentunya yg jelas msh ada JK. Politikus tua dan kawakan yg kondisinya sdg di pergunjingkan dgn isu macam² ini tidak akan berhenti sebelum mati.*

Jokowi sdh bbrp kali menolak isu itu, dia tdk mau. Manusia yg patuh akan kebenaran ini tidak mau melanggar akhlak politik apalagi memaksakan akhlaknya utk sebuah kekuasaan.

*Pertanyaannya kalau Jokowi nggak mau walau jelas figurnya masih sangat diperlukan.* Dan itu bukan asal2an, rakyatlah yg memintanya, jd pak Jokowi tdk harus merasa di jerumuskan, bagaimana kalau kelak hasil kerjanya dihancurkan para buaya yg kelaparan karena selama Jokowi memimpin mereka susah menelan tangkapan yg selama ini mereka santap beramai².

Mereka menyantap APBN, APBD, SDA, BBM, IKAN DILAUT, dst. Apa tidak sia² jerih payah membangun jatuh bangun selama 10 tahun mau diserahkan ke penyamun yg sudah lama manyun. 

*Bagaimana Jokowi punya perasaan di jerumuskan, ada 86 jt suara yg memilihnya, dan saat ini dgn kepuasan kepemimpinannya bisa lebih dari 100jt yg pasti mendukungnya, insyaallah.*

Tapi ini bukan lagi soal dukung dan tidak mendukung. Ini masalahnya ada pada Jokowi yg sudah bbrp kali menolak di calonkan lagi.
Pertanyaanya dan lagi² pertanyaan, siapa yg akan menggantikan. 

*Kita tidak ada harapan kalau menunggu partai yg mengusung*  , apalagi dari calon yg digadang²kan apa yg bisa kita harap dari mereka, belum lagi sebagian dari mereka msh ber DNA orba dan harum Cendana.

*Tapi apa mau dikata kalau Jokowi tak bersedia, kita tunggu signal Jokowi dan bgmn Demokrat di sikat. Disana ada Moeldoko, ada juga Gibran sebagai kuda hitam tapi memberi harapan.*

Indonesia diujung masa transisi, sayang kalau pondasi yg di bangun ulang Jokowi di estafet kan kepada pencuri. Kita bakal gigit jari dan mereka menari lagi.

*DUH GUSTI, NGERI KAMI MENATAP MASA DEPAN NEGERI INI SEPENINGGAL JOKOWI, TAPI KAMI YAKIN TUHAN AKAN MEMBUKA HATINYA, AGAR DIA TAK PERGI BEGITU SAJA SEBELUM MENYIAPKAN PENGGANTINYA. SEMOGA KESATRIAANNYA TERUS ADA UNTUK INDONESIA.*

*DIA DI SEGANI DUNIA, DI CINTAI RAKYATNYA DAN DI TAKUTI LAWAN²NYA.*
By. Iyyas Subiakto.

Thursday, March 18, 2021

(Aneh!!) Jokowi Bikin Tim Pemburu Koruptor, KPK Kok Menolak? Apa Yang KPK Takutkan?

 *(Aneh!!) Jokowi Bikin Tim Pemburu Koruptor,* 
*KPK Kok Menolak? Apa Yang KPK Takutkan?*

Jaya Wijaya 
*Pemberantasan korupsi di Indonesia sejauh ini masih belum maksimal, karena tebang pilih kasus dan konflik kepentingan aromanya begitu menyengat.* Masyarakat sudah protes, namun sepertinya semua diam dengan kondisi yang terjadi ini. Akhirnya? Jokowi menjawab kegelisahan masyarakat dengan rencana membentuk TPK alias Tim Pemburu Koruptor.

*Ini adalah bukti keseriusan Jokowi memberantas korupsi. Tapi ada yang aneh di sini, KPK sebagai lembaga yang katanya memberantas korupsi menolak rencana ini?* penulis mencium something fishy di sini, apa yang ditakutkan oleh KPK.

*Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita lihat fakta-fakta mengecewakan KPK berikut ini :*
 
*KPK adalah lembaga dengan anggaran sekitar 1,3 Triliun,* tapi kasus korupsi yang ditangani adalah korupsi receh dengan potensi kerugian negara Miliaran. Bandingkan dengan kejaksaan yang mengurusi kasus puluhan Triliun! bagaikan langit dan bumi. Sumber.

KPK justru membiarkan dan menggantung kasus dengan potensi ratusan miliar, seperti kasus RJ Lino. Sudah mengurusi kasus receh, begitu ada kasus besar malah tidak diurusi. Sumber.

*KPK lalu tiba-tiba mengambil alih kasus korupsi rumah DP 0% yang di dalamnya diduga keterlibatan saudara "Nick Fury"*, padahal kasus ini sudah masuk tahap penyidikan di Bareskrim Polri. Bertahun-tahun tidak pernah mengurusi kasus besar, begitu ada dugaan keterlibatan saudara "Nick Fury", langsung menyerobot kasus besar yang sudah ditangani kepolisian. Sumber.

KPK jauh lebih banyak dan ahli dalam mengurusi kasus suap, daripada kasus korupsi besar. Anehnya kasus suap Harun Masiku, sampai saat ini tidak terlihat ada upaya KPK untuk menangkap pelaku. Kasus ini seperti dijadikan senjata "abadi" untuk menyerang pemerintahan. Terbukti di media sosial kasus ini sering ditanyakan kadrun tapi salah alamat, padahal ini adalah tugas KPK. Sumber.

*Diantara banyaknya keanehan yang dilakukan KPK, banyak masyarakat yang meminta KPK untuk dibubarkan dan penanganan korupsi diserahkan kepada Kepolisian dan Kejaksaan.* Tapi di sini Jokowi dan pemerintah masih membela KPK, karena bagaimanapun KPK adalah lembaga yang dibentuk pada era presiden Megawati.
 
*Akhirnya Jokowi berbaik hati untuk menutupi kelemahan-kelemahan KPK* ini, caranya adalah dengan rencana pembentukan Tim Pemburu Koruptor. Ini adalah bukti bahwa Jokowi bukan presiden yang senang menyalahkan, tapi Jokowi adalah presiden yang menjawab permasalahan dengan solusi.

*Tapi apa yang terjadi? pembentukan Tim Pemburu Koruptor tersebut jutsru ditentang oleh KPK!!* Penulis jadi bertanya-tanya, ini KPK serius tidak memberantas korupsi? Kehadiran Tim Pemburu Koruptor tentu akan membantu KPK dalam memberantas korupsi, kecuali kalau KPK hanya ingin menuntaskan sebagian kasus saja, yang artinya KPK tebang pilih!!

*Berikut beritanya dikutip detik.com :*

*"Kita terus mendiskusikannya. Karena dulu kan begitu itu dilontarkan,* banyak yang tidak setuju. KPK sendiri ndak setuju pada waktu itu, katanya ini tumpang-tindih aja kan, ini kerjaan-kerjaan rutin. Oke kita dengar semua, lalu kita diskusikan lagi. Jadi itu masih terus dibahas, tapi dulu SK yang lama kan masih ada sebenarnya," ucapnya.

*Perhatikan kalimat yang penulis bold!! Itu adalah bukti bahwa KPK menolak pembentukan Tim Pemberantas Korupsi ini.* Alasannya menurut penulis terlalu klise, kenapa harus takut tumpang tindih? kecuali KPK sudah bisa menangani semua kasus korupsi baru akan tumpang tindih.

*Sekarang kan masih banyak kasus yang belum diselesaikan, contohnya penangkapan Harun Masiku.* Kecuali KPK ingin kasus tersebut terus digantung sebagai bahan "masturbasi otak" kadrun untuk menyerang pemerintah. Kenapa harus takut tumpang tindih? padahal lembaga lain tidak pernah ada yang menyerobot kasus yang ditangani KPK, malah KPK yang justru menyerobot kasus korupsi DP 0% yang sudah lama ditangani Bareskrim Polri.

*Sampai sini penulis melihat keseriusan Jokowi untuk membereskan korupsi dengan tuntas, justru penulis melihat aroma tebang pilih KPK semakin menyengat setelah menolak pembentukan Tim Pemburu Koruptor ini.*

*Lalu bagaimana respon kadrun ya? dengan pembentukan Tim Pemburu Koruptor ini, jika Harun Masiku masih belum tertangkap, maka kadrun bisa dengan tenang menyalahkan pemerintah. Kalau sekarang kan hanya "masturbasi otak" saja,* karena pencarian Harun Masiku adalah tugas KPK sebagai lembaga independent di luar pemerintah, dimana di dalamnya ada "Nick Fury" yang merupakan saudara jagoan kadrun.

Begitulah Kura-Kura.
Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5494453/mahfud-md-tim-pemburu-koruptor-masih-dibahas-tapi-kpk-ndak-setuju
Mari kita dengarkan Selingan lagu di bawah ini 👇👇👇
Part 1-
*Catat: Video ini tidak ada intrupsi iklan.*
*Full Album Lagu POP Nostalgia Populer Seleksi Terbaik*
Part 2-
*Catat: Video ini tidak ada intrupsi iklan.*
*Lagu Paling Populer Sepanjang Karir*

Friday, March 12, 2021

MENGULITI ANIES

*MENGULITI ANIES*
Oleh : Eko Kuntadhi
*Program unggulan Anies Baswedan yang disemburkan saat kampanye mulai dikuliti satu-satu. Sejak awal Anies bicara program-programnya emang isinya mirip bungkus chiki, tampilan doang yang besar. Isinya kebanyakan angin.*

Saat itu saya sudah yakin programnya bakal nggak jalan. Wong isinya angin. Cuma ngomong sekebon.

Program rumah DP 0% misalnya. Dari target 232 ribu unit rumah yang akan dibangun Anies 2017-2022, yang baru terealisasi hanya 1000 unit. Gak sampai 1%. Padahal sekarang sudah 2021.

Bahkan dari 1000 unit itu, yang dihuni paling hanya 200-an. Lihat saja apartemen Pondok Kelapa, yang kini mirip rumah hantu, kosong melompong.

*Kegagalan program ini ditambah lagi dengan kasus korupsi. KPK sudah menjadikan direktur Sarana Jaya sebagai tersangka. Duit Rp270 miliar untuk pengadaan tanah nggak jelas juntrungannya.* Pemiliknya belum sepakat, duitnya sudah dibayarkan ke calo.

Sarana Jaya sebagai BUMD milik Pemda DKI memang bertugas menyediakan tanah untuk proyek rumah DP 0%.

*Yang baru kebongkar memang untuk kasus pembelian tanah di Pondok Ranggon, Cipayung, Jaktim. Padahal ada 9 bidang tanah lagi yang diperuntukan buat program bungkus Chiki itu.*

Lain lagi sama program penanganan banjir. Sebetulnya program ini sudah ada rencana besarnya. Pemerintah pusat membangun bendungan di bagian hulu untuk menahan air masuk Jakarta. Sementara Pemda DKI diminta mengurus aliran sungainya.

Dua bendungan di Bogor sedang dalam proses penyeselasaian akhir sekarang. Lokasinya di Sukamahi dan Ciawi. Gimana pengurusan soal sungai?

Inilah masalahnya. Waktu jaman Ahok, sungai-sungai itu ditangani dengan normalisasi. Pinggiran kali di beton, dibuatkan jalur inspeksi di kiri kanannya. Dari 33 KM aliran kali di Jakarta, sudah 16 KM yang dikerjakan.

Waktu itu masyarakat yang tinggal di pinggiran kali, direlokasi ke rumah susun sewa murah. Sewanya ada yang hanya Rp180 ribu sebulan. Lengkap dengan furniture.

Lalu Anies datang. Menolak normalisasi. Ia mau melakukan naturalisasi. Idenya tidak membeton pinggiran kali, tapi dibiarkan natural.

*Masalahnya rencana ini membutuhkan pinggiran kali yang melandai. Butuh lahan sangat luas di kiri kanan kali. Sedangkan kali-kali di Jakarta pinggirannya sudah padat penduduk.*

Jika mau melakukan Anies harus membebaskan tanah lebih luas. Warga yang dipindahkan lebih banyak. Tapi gimana cara mindahinnya, wong kalau mau menghuni rumah DP 0% mereka kudu bergaji Rp7 juta.

Dalam Pergub DKI No. 31/2-19 tentang Pembangunan dan Revitalisasi Prasarana Sumber Daya Air dengan Konsep Naturalisasi. Uniknya, ada klausul bahwa revitalisasi itu dilakukan dengan syarat lahannya tersedia.

Kalau tidak ada lahan? Ya udah, nggak usah kerja.

Pergub itu didramatisir oleh Dinas Sumber Daya Air dengan ketentuan teknis bahwa turap beton nggak bisa lagi digunakan. Turap harus batu bronjongan yang landai selebar 12 meter.

Lantas, ada jalur hijau penahan erosi, jalan inspeksi. Kalau harus memenuhi kaidah ini, sempadan dan badan Sungai Ciliwung lebarnya paling kurang 75 meter.

Jelas tak ada tanah nganggur selebar itu di DKI. Jadi, Pergub itu seperti pembenaran bagi Anies untuk tidak melakukan apapun di Kali Ciliwung, Kali Krukut, Kali Pesanggrahan dll.

Resikonya, kalau hujan deras Jakarta tetap banjir. Wong nggak ada aksi sama sekali.

Juaini Yusuf, Kadin SDA Pemda DKI yang sudah pasang badan buat program bungkus Chiki itu, dicopot. Pas ketika Jakarta dilanda banjir Febuari 2021 kemarin.

*Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saja sampai puyeng menghadapi rencana kerja Anies yang nggak jelas. Ia mengaku tidak mengerti konsep naturalisasi yang dimaui Anies.*

Basuki mengaku sudah berkali-kali minta penjelasan teknis soal naturalisasi. Hasilnya bodong. Cuma sesumbar di atas kertas.

Belum lagi soal sodetan Ciliwung yang sebetulnya tinggal beberapa ratus meter lagi. Guna sodetan itu untuk membagi arus air ke Banjir Kanal Timur. Jadi nggak numpuk di Ciliwung.

Pembangunan sodetan itu tugas pemerintah pusat. Tapi pembebasan lahannya tugas Pemda DKI. Nah, sampai sekarang nggak kelar-kelar juga. Salah satu alasannya nggak ada budget. Padahal hanya Rp160 miliar.

*Sialnya, Pemda DKI bisa tuh mengalokasikan budget buat tanda jadi Formula E yang entah kapan terlaksana. Duit yang sudah keluar Rp560 miliar.*

Mikir nggak sih, masa buang-buang duit buat kegiatan yang nggak ada manfaatnya bisa dilakukan. Tapi membebaskan lahan sodetan Ciliwung ngakunya nggak punya duit?

Kalau cuma Rp160 miliar, dividen yang didapat Pemda dari saham perusahaan bir selama dua tahun rasanya bisa deh, buat nutupin biayanya. Masalahnya ada kemauan nggak?

Mungkin sadar program bungkus Chikinya nggak bisa jalan. Wagub DKI Ariza kemarin menyatakan normalisasi akan dilakukan tahun ini. Nah, balik lagi kan. Normalisasi. Karena memang langkah itu yang paling memungkinkan buat Jakarta.

Untuk melakukan normalisasi, terpaksa Gubernur harus merevisi Pergub naturalisasi yang penuh hayalan itu.

Sebetulnya masih ada Oke-OC yang dulu juga jadi program andalan ketika kampanye. Entah gimana nasibnya sekarang. Sejalan dengan mundurnya Sandi jadi Wagub.

Itulah resikonya kalau memilih Gubernur yang programnya mirip bungkus Chiki. Keliatan gede. Isinya cuma angin doang.

"Omongan Anies kayak tante Mirna tetangga kita ya, mas. Semok, putih, mulus. Tapi gak bisa dipegang," ujar Abu Kumkum.
.#WallOfShameGabener

Tags

3 Denny Siregar (14) Aoky Vera (11) 1 Ade Armando (7) 2 Raja Bonar (7) Ninoy N Karundeng (7) Eko Kuntadhi (6) 4 Rudi S Kamri (5) Andre Vincent W (5) Iyyas Subiakto (4) Perangi Radikalisme (4) Analisis Politik (3) Politik (3) Surat Terbuka (3) BUMN (2) Birgaldo Sinaga (2) Dugaan Rekayasa (2) Jubir Teroris (2) Kejahatan Organisasi (2) Pembohongan Publik (2) Perangi Teroris (2) Tingkah Laku (2) Tirta (2) Tito Gatsu (2) Ajaran Nabi (1) Akhmad Sahal (1) Aneh Bin Nyata (1) Aoki Vera - Live (1) Aroma Koruptor (1) Asi News (1) Azab DKI (1) Balap Mobil (1) Banjir Jakarta (1) Benahi DKI (1) Berita Sidang (1) Biografi Ade Armando (1) Dikormersialisasi (1) Diluar Logika (1) Dosen Universitas (1) Dugaan Cina (1) Fakta Sejarah (1) Fraksi Tv (1) Gratis Masuk Sekolah (1) Gubernur DKI (1) Hafal Alquran (1) Halal Dan Haram (1) Hutang Negara (1) Ideologi Negara (1) Instrospeksi Diri (1) Janji Politikus (1) Jaya Wijaya (1) Joko Widodo (1) Jubir FPI (1) Kadrun Berjatuhan (1) Kebobrokan Pejabat (1) Kebodohan Gubernur (1) Kebohongan Pejabat (1) Ken Setiawan (1) Korupsi (1) Kura-Kura (1) Maling Teriak Maling (1) Masalah Reklamasi (1) Melengserkan Jokowi (1) Membela Negara (1) Mobil Kalengkaleng (1) NKRI Harga Mati (1) Neo PKI (1) Nyai Dewi Tanjung (1) Orde Baru (1) Organisasi Bermasalah (1) Ormas Bermasalah (1) Pancasila (1) Pembongkar Kasus (1) Perangi Korupsi (1) Prilaku DPR RI (1) Proxy War (1) Raja Bonar (1) Rencana Menjatuhkan (1) Revisi UU KPK (1) Sarang Teroris (1) Sejarah Kelam (1) Setia Kecurangan (1) Siapa Raja Bonar (1) Situs Dialihkan (1) Soal Banjir (1) Suara Rakyat (1) Syarat Jadi Presiden (1) Terlalu Go3blog (1) Tidak Berlangsungkawa (1) Tolak Wisata Halal (1) Tunggangi Papua (1) Umat Islam (1) Vaksin (1) Wakil Rakyat (1) Wanita Jepang (1) William (1) Wisata Netral (1)