Latest News

Thursday, February 4, 2021

Janganlah Lupkan "NASIB" Orang Yang Terus Berjuang Dengan Berani Membela Rakyat.


*NASIB*
*Pontang Panting Permadi Arya, Denny Siregar, Bang Ade Armando, Aoki Vera, Rudi S Kamri,* Aku dan kawan2 bertahun-tahun melawan Radikalisme, Intoleransi, Bullying, Rasisme, Hoax, Penghinaan terhadap Kepala Negara, Pemerintah, Pancasila, NKRI, NU, Kiayi-Kiayi NU, Banser, Umat Minoritas, dll oleh mereka yg tempo hari begitu kuat : FPeI, Kadrunista, Kampreter, dan Makhluk-makhluk ga puguh karu, kami jarang mendapatkan dukungan dan pembelaan, bahkan Medsos berkali-kali di serang hingga out. 

*Sering mati-matian perang sendiri, demi NU, Kiayi, Pancasila, NKRI*. Sementara mereka tak seberani kami2 berperang di alam Ghoib. Perih, letih, membara di rasain sendiri, bahkan kawan-kawan aja takut hanya sekedar kasih tanda Jempol karna kuat dan hebatnya Lawan. Siapa sih yg ga takut dg FPeI saat itu, sekelas jajarannya Pak Jokowi aja banyak yg takut, sehingga bermain di dua kepribadian, apalagi hanya kelasnya cebong-cebongan. 

*Andai Tuhan ga memunculkan Nyai Nikita Mirzani, aku yakin belum membukakan mata kita*semua, betapa sesungguhnya mereka itu parasit yg berbahaya namun ternyata lemah. Ga akan muncul Pangdam Sekelas Mayjen Dudung, Kapolda Metro Pak Fadil, dan berani copotin Baleho-baleho yg sudah terlanjur jadi sesembahan. 

*Sekelas Anies, Ridwan Kamil, Nasdem, Demokrat, Golkar, dan partai-partai besar saja ngeri*, pengen menyambut kedatangan Sang Emam, dan ingin segera setor muka, ga berani mengkritik kerumunan massa yg begitu masif di masa pandemi yg berbahaya, sekelas Satgas Covid saja gemeteran sambil bagi2 masker dan ga berani menegur, jika kegiatan FPeI itu melanggar, kepala otoritas Angkasa Pura saja ga berani bilang ada kerugian atas kelakuan para begundal itu, sekelas penguasa jalan tol aja ga berkutik ketika jalan tol di bikin camping dan lumpuh dg menggelar tikar. Sudahlah semua juga tau... 

*Tapi ketika semua sudah "berhasil", FPeI dibubarkan tanpa perlawanan, demo di pukul mundur*, baleho yg sudah bagaikan Tuhan bersihbersih dari Ibu Kota, laskar bagaikan anak ayam kecemplung Comberan, semua girang, merasa jadi pahlawan, merasa seolah paling berperan. 

*Lupa dgn jerih payah Permadi Arya, Nikita Mirzani, Denny Siregar, Eko Kunthadi, Ade Armando*, Aoki Vera, Rudi S Kamri, dll, dll. Seolah semua terjadi tanpa orang-orang itu, seolah oknum KNPI sangat NKRI dan anti Rasis. Seolah Mayjend, Irjend dsb turun dari langit. Semua ini ada prosesnya. 

_*ADA CAMPUR TANGAN TUHAN, DG MELALUI MULUT JANDA SEXY NYAI NIKITA MIRZANI. JANGAN LUPAKAN INI BRO, JANGAN... TANPA NYAI KITA SEMUA MASIH BEREMBUNYI DI DALAM SELIMUT...*_

*Bahkan kini ada cabang NU yg akan memanggil Abu Janda karna merasa selalu di rugikan.* Aku sih pengen tanya sama Pengurus NU yg ada di Jakarta itu, ketika NU, Kiayi NU, Anggota Banser, dll di bully, di lecehkan, dihina adakah mereka berani memanggil para penghina tersebut. Rasanya sih jauhhhh... Hahahaha

*Kita lupa ya, Papa Pigai itu kalok lagi menghina Presiden seperti Papa Pigai ini* orang yg paling berjasa di Nusantara ini. Saya tau Papa ini sedang di manja oleh siapapun, karna memang ngegemesin, Badannya yg montok, subur, tampan, bikin kita pengen cubit pipinya sambil bilang "ihhh Papa ini ngegemesin deh".

*Harusnya Papa Pigai itu juga jgn terlalu manjalah, sedikit macho deh*, jangan rempong kayak Mama2 rebutan kangkung di Mamang sayur yg keliling komplek. Saya juga pengen tanya sama Papa Pigai, sudah sebesar apa sih jasanya buat Republik ini. 

*Sudahlah, Mas Permadi Arya, sabar ya, biarpun yg selama ini kita bela mati-matian* dan kini berbalik membenci dan ingin menyingkirkan kita janganlah kita berkecil hati, hadapi dg jantan, maklum lawan kita saat ini Papa Manja. Dan semua orang bahkan partai seolah ingin cari sanjungan dari para Papa Manja. Setidaknya kita tau, betapa mereka2 yg sekarang berusaha menyingkirkan Mas Abu Janda sesungguhnya Pengecut dan manja. 

*Halo KNPI, namamu akan tenggelam, jika isinya makhluk model sekelas Aris*, bagi kami yg biasa perang di Alam Ghoib, makhluk2 model itu ga lebih dari ondel-ondel yg dipakek ngamen keliling. Jika ga segera kalian benahi, hehehe organisasi kalian tak ubahnya dg laskar yg tinggal cerita itu.... 

*Malu dong, yg akan kalian singkirkan itu aktivis Anti Radikalisme, Anti Intoleransi*, Anti Rasis, Anti Bullying, cinta NU, cinta Pancasila, Cinta NKRI. Jika kalian ga budek dan ga buta, silahkan buka chanel2 perjuangan Abu Janda, Denny Siregar, Aoki Vera, dll. 

*Jangan sok NKRI, kalok cuma mau ngamen, kalok pengen jabatan berusahalah dg ilmu* dan kebaikan, bukan dg sok pengen jadi Manusia Manja. 

*Halo mas Muanas Alaidit, gimana nih dunia makin manja aja...* Papa Pigai Ngopi yukk.... Biar macho....

_*jika setuju silahkan di bagi....*_

*Penggiat MedSos*

Tuesday, February 2, 2021

[Rudi S Kamri] Art 1) Abu Janda: Si Penjaga Kebhinekaan Indonesia - Art.2 Opsi Arbitrase ( Josef Wnas)

Abu Janda: Si Penjaga Kebhinekaan Indonesia
Oleh:
Rudi S Kamri 
Abu Janda atau Permadi Arya adalah salah satu sahabat saya yang unik dan nyentrik. Saat bicara dengan dia apalagi yang berkaitan dengan kebangsaan dan nasionalisme dia akan antusias, ekspresif seolah seluruh tubuhnya ikut bergerak dan berbicara. Apalagi saat diajak diskusi masalah intoleransi dan radikalisme, dia pasti meledak-ledak, reaktif dan terlihat dengan nyata dia adalah anak bangsa yang sangat cinta Indonesia.

Meskipun terkesan urakan dan menggelegar suaranya, dia pribadi yang sangat rendah hati dan sangat menghargai siapapun yang diajak bicara apalagi kepada orang yang lebih senior usianya seperti saya. Kami satu pihak dalam menjaga marwah NKRI dan Pancasila. Dia secara bercanda, pernah menyebut saya komandan dalam peperangan melawan Intoleransi dan radikalisme di negeri ini, dan dia adalah Panglima Perang yang ada di garis depan. Dia memang hobby melucu dan bercanda.

Tidak bisa dipungkiri, Permadi Arya adalah pribadi yang unik dan menarik. Kecintaannya pada budaya dan agama disimbolkan dalam style berbusana sehari-hari, sering pakai jaket banser plus blangkon sebagai tutup kepala. Bagi saya hal ini bukan sekedar pilihan berbusana yang nyleneh tapi Permadi Arya ingin memberi pesan kebangsaan bahwa agama dan budaya harus saling padu padan, asih-asah-asuh.

Sekarang sahabat unik saya ini sedang tersandung masalah. Sesuatu yang biasa dan lumrah terjadi pada pegiat sosial seperti kami. Ini konsekuensi logis dari perjuangan kami dalam menjaga keindonesiaan Indonesia. Saya sudah bicara banyak dengan Permadi Arya. Saya berikan dukungan dan saran apa yang harus dilakukan. Karena saya pun juga pernah dan sedang tersandung masalah yang serupa tapi tak sama.

Ada dua kasus yang sedang menerpa Permadi Arya. Pertama, kasus pelaporan dugaan tindakan rasisme terhadap Natalius Pigai. Kedua, kasus dugaan penodaan agama. Dua kasus tersebut Permadi Arya dilaporkan oleh Haris Pertama, orang yang mengatasnamakan dirinya Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Saya menduga ada dendam pribadi antara Haris Pertama dengan Permadi Arya.

Kasus yang pertama, terkait rasisme terhadap Natalius Pigai, ini jelas kasus yang mengada-ada. Haris Pertama hanya cari sensasi. Bagaimana mungkin cuitan di twitter tanggal 2 Januari 2021 baru dilaporkan sekarang. Dan seolah-olah berkaitan dengan kasus rasisme yang dilakukan oleh Ambrocius Nababan terhadap orang sama yang terjadi saat ini. Ini kasus ecek-ecek, saya yakin Polri akan kesulitan menemukan unsur pidananya karena istilah 'evolusi otak' itu ambigu dan multi tafsir. Saya yakin kalaupun kasus ini tetap diproses, Tim Pengacara Permadi Arya akan dengan sangat mudah menepisnya.

Untuk kasus kedua yaitu twitt-war antara Tengku Zulkarnaen versus Permadi Arya yang ada narasi Islam arogan, secara obyektif harus saya katakan Permadi Arya masuk garis offside. Tapi bagi saya dengan mempertimbangkan banyak hal, seharusnya kasus seperti tidak perlu harus diselesaikan secara hukum. Ada jalan yang lebih Islami dan bermartabat yaitu dengan tabbayun dan Permadi Arya harus legowo untuk minta maaf kepada umat Islam sambil menjelaskan secara rendah hati dan bijak apa yang sebenarnya dia maksudkan dalam cuitannya tersebut. Bisa jadi kita salah memaknai. Pada intinya dengan rendah hati Permadi Arya harus sowan ke beberapa ormas besar keagamaan seperti Muhammadiyah dan NU serta tokoh-tokoh agama yang lain.

Permadi Arya adalah manusia biasa. Dia juga bisa salah. Kalau dia dianggap salah, mari kita luruskan dan kita nasehati. Dia salah satu anak bangsa yang gigih berjuang mempertahankan keindonesiaan kita. Kita tidak perlu membenarkan kesalahan yang dia buat, tapi kita juga tidak perlu menghakimi dia di luar batas kepatutan. Jangan pula ada yang mengail di air keruh di kasus ini. Apalagi memanfaatkan kasus ini untuk panjat sosial (Pansos) dan panjat politik (Panpol). Pasti akan saya lawan dengan keras dan pedas.

Pesan khusus saya buat sahabat dan adik saya Permadi Arya. Jangan putus harapan dan semangat, selalu berpikir bijak, berani minta maaf dan hadapi semua dengan kerendahan hati. Konsekuensi dari sebuah perjuangan adalah terbentur, terkadang terluka dan terkadang terjatuh. Tapi hal itu tidak harus membuat kita terpuruk dan tidak bangkit lagi. Karena perjuangan kita masih panjang membentang.

Selama paham kekhilafan yang diusung eks kelompok HTI dan kelompok Ihwanul Muslimin dan kroni-kroninya masih ada di negeri ini, perjuangan kita untuk melawan mereka tidak akan pernah berhenti.
Salam SATU Indonesia
31012021

================================

OPSI ARBITRASE

Oleh: Josef H. Wenas

Saya kira Polri perlu mulai mempertimbangkan opsi arbitrase diluar proses pidana dalam persoalan saling tuduh SARA antara Natalius Pigai-Abu Janda yang telah melibatkan para pihak diluar mereka berdua merasa berkepentingan.

Masalahnya Pigai sendiri punya jejak digital terkait ucapannya yang juga bisa dipersepsikan SARA. Saling lapor pidana semacam ini akan membentuk bola salju yang akan mengundang bermacam "vested interests" untuk ikutan membesarkan gelundungannya. 

Kemarin mulai muncul desakan di media mainstream agar Abu Janda segera ditangkap, bahkan lebih jauh lagi, kasus ini akan jadi alat ukur kinerja Kapolri yang baru. 

Besok, kalau jejak digital tuduhan SARA oleh Pigai terhadap etnis Jawa menggelundung jadi bola salju, gantian akan didesak bahwa kinerja Kapolri ukurannya adalah memproses pidana Natalius Pigai.

Jadi mana yang benar, Kapolri diukur dari bertindak tegas terhadap Abu Janda atau terhadap Natalius Pigai? 

Atau terhadap keduanya? Hati-hati, the devil is in the details, apa yang kelihatannya serupa belum tentu sama dalam suatu penyelidikan pidana. Kerumunan Rizieq Shihab ternyata tidak sama dengan kerumunan Rafi Ahmad, bukan?

Kalau Kapolri baru kita nanti berhasil ditarik kedalam dilema bola salju SARA ini, bukan tidak mungkin sasaran berikutnya adalah atasan langsung Kapolri. 

Yang paling updated adalah buntut "Insiden Km 50 Tol Cikampek." Setelah gagal menarik Presiden Jokowi kedalam pusaran kasus ini, lalu ada pihak yang pikirannya ngawur— padahal tahu sudah pasti ditolak— tetap saja mau membawanya ke ICC di Den Haag. 

Bola salju itu liar, bongkar-bongkaran SARA antara Abu Janda-Pigai, bisa saja membesar dengan ikutan kasus-kasus lain yang serupa di masa lalu. Faktanya, selalu ada pihak yang ingin membesarkannya!

Two wrongs don't make a right.
 -Josef H. Wenas, Yogyakarta 31 Januari 2021
https://wakilrakyat.iniok.com/2021/02/rudi-s-kamri-abu-janda-si-penjaga.html

Monday, February 1, 2021

[DS] Art 1) USTAD PARODI DISERIUSIN, KELEN SEHAT ? ( Dan Artikel 2,3,4 Lain Di Bawahnya. )

(1)
*USTAD PARODI DISERIUSIN, KELEN SEHAT ?*
Sekali2 ngobrollah dengan Abu Janda.

Dia orangnya polos, ceria, spontan, keras kepala, tapi hatinya baik. Jadi saya ketawa ketika orang mencurigai dia sebagai penyusup, agen, intelijen dan sebagainya. Jujur, dia sama sekali ga punya kapasitas itu. Jauh. 

Abu Janda orangnya spontan, mikirnya gak panjang, seradak seruduk gak jelas, suka pansos, banci tampil. Apa itu model penyusup atau agen ? Haha..

Itulah yang buat saya betah berteman dengan dia. Gak munafik. Gak punya agenda. Gak memanipulasi teman. Dia apa adanya, orang gada beban. Asik2 aja. Kadang kayak anak kecil suka ngambekan.

Parodi adalah jalan ninjanya. Ya, cuma itu yang dia bisa. Dia bukan akademisi spt Ade Armando. Atau penulis spt Denny Siregar. Atau pendebat seperti Adian Napitupulu. 

Kesal dgn parodinya ? Ya wajar, anda bukan segmen marketnya. Abu Janda itu lakunya di tiktok, tempat konten receh. Penontonnya disana ratusan ribu. Jadi gak perlu serius2 amat nonton video Abu Janda. Anggap aja nonton Mr Bean, ngeselin tapi bawaannya pengen nonton lagi.

Saya juga heran seberapa pentingnya sih Abu Janda sampe harus dibahas 7 partai, mantan Menteri sampe 2 ormas besar ??

Gak penting. Malah partai, mantan menteri dan 2 ormas besar itu yang mengerdilkan dirinya kalo bahas Abu Janda. Namanya di aja Abu Janda, nama parodi. Berarti gak serius. Wong gak serius kok dibahas sampe viral ? Apa pada kurang kerjaan ? 😄

Tanpa disadari, si Abu Janda malah tambah besar. Lha yang bahas dia yang besar-besar ? 

Pada takut ama tokoh parodi, tapi ga peduli sama Munarman yang sedang framing dgn keji, pada Bahtiar Nasir yang sibuk bagaimana caranya supaya revolusi, pada Felix Siaw yg sedang cari jalan untuk cuci otak anak kecil. 

Mereka itu serius semua lho orangnya, punya target besar juga dana. 

Merekalah yang harus diwaspadai, bukan ustad parodi. Kok kebalik2 jadinya ? Sampek maksa2 melibatkan Kapolri 😄

Mungkin banyak yg lagi bingung. Cari celah gimana caranya Pemilu 2022 jadi. Maka pada pansos supaya namanya dikenal sebagai anti rasisme dan anti intoleransi. Abu Janda, yang suka tik tokan dgn follower besar siapa tahu bisa jadi jembatan supaya nama mereka dikenali..
Haha... Kopiku malam ini pahit sekali 😄
Srufuttt..
Denny Siregar
===================

(2)
Abu Janda Tenggelamkan Susi Pudjiastuti
Tak disangka. Kisruh pernyataan Abu Janda yang membawanya ke ranah hukum melahirkan kadrun baru: Susi Pudjiastuti.

Tanpa ampun netizen membongkar borok Susi Pudjiastuti. Susi tak lebih adalah bagian dari Cendana dan Cikeas. Susi bersama SBY dan Cendana menggerakkan demo 212. Hal yang publik tidak pernah tahu.

Betapa dulu Menteri Susi, yang ke mana pun menenteng crew medsos, selama 6 tahun menyembunyikan diri. Dia menutupi kedok seolah sebagai ksatria, media darling berbayar, ternyata hanyalah seonggok manusia yang memang asli kadrun.

Susi ternyata bukan yang dilihat oleh publik. Pantas Jokowi membuang Susi dari kabinet, yang Abu Janda dan netizen menyayangkan. Saya pun baper ketika Susi disingkirkan oleh Jokowi. Kini, ketika Abu Janda mengalami penderitaan hukum, Susi pun menghantam Abu Janda.

Ini karena Susi yang asli sudah tampak. Pergulatan bisnis dan kepentingan bisnis Susi yang dipangkas oleh Jokowi telah membawa Susi ke bentuk aslinya.

Sebagai anggota geng kadrun, ibarat siswi baru mengalami perploncoan. Susi harus membuktikan diri layak sebagai anggota kadrun, agar diakui sebagai bagian komunitasnya.

Maka, Susi yang sudah buntu pun menggunakan momentum Abu Janda untuk membuktikan kiblat barunya: Kadrun. Dihantamnya Abu Janda dengan himbauan unfollowed akun Abu Janda kepada Netizen. Sah. Inilah wujud baiat Susi Pudjiastuti kembali ke pangkuan kelompok Cendana, Cikeas, Petamburan dan 212.

Netizen terbelah. Ada yang mendukung Susi Pudjiastuti. Yang mendukung Permadi Arya alias Abu Janda pun banyak. Termasuk saya tentu.

Betul. Tanpa melebihkan dan mengurangkan, catatan saya ini tentang teman seperjuangan. Tentang upaya Abu Janda dan saya melawan radikalisme, intoleransi, dan terorisme. Abu Janda adalah kawan saya. Kawan pelawan kaum radikal. Teman menghantam teroris dan intoleransi.

Dialah yang disebut sebagai musuh nomor satu para teroris. Bahkan ketika saya mengalami penyiksaan, ketika pelintiran informasi digiring, Abu Janda alias Permadi Arya tampil ke permukaan. Meluruskan yang salah. Top. 

Hingga darah kami dihalalkan oleh para teroris. Bukan sembarangan. Tentu risiko menunggu. Termasuk kematian. Inilah perjuangan melawan kegilaan kaum radikal. Melawan para teroris. Kaum yang menggunakan seluruh akal budinya untuk menipu. Menipu siapa pun yang mabuk agama, dan yang awam.

Mereka adalah kelompok Khawarij modern yang berwujud dalam diri ormas teroris dan terlarang HTI, FPI, dan tentu kaum Wahabi dan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan Abu Janda terhadap mereka bukanlah perlawanan sembarangan.

Bahkan dunia nyata Abu Janda berbeda. Kebebasannya terbelenggu. Jalan-jalan di mall, keluyuran di tempat publik, adalah barang mewah baginya. Hidupnya adalah dalam bayang ancaman dan kematian. Itulah realita perjuangan.

Kini, Abu Janda tengah mengalami pergumulan. Perenungan menghadapi jam 10.00 siang nanti di Bareskrim Polri. Ya. Abu Janda kesandung kerikil tajam. Perjuangan harus menelan pengorbanan. Termasuk pengorbanan itu adalah bersikap tawadhu. Perenungan. Karena tidak ada manusia yang sempurna.

Permintaan maaf Permadi Arya alias Abu Janda, mengaku salah dan khilaf adalah wujud kerendahan hati yang menjadi ciri khas Muslim sejati. Dia salah, khilaf. Dan dia sudah tabayyun, sikap Ksatria yang patut diacungi jempol. Jauh dari arogansi yang muncul dari parodinya yang menyengat kaum kadrun. Dia ternyata manusia biasa yang masih berevolusi, hingga memungkinan dia bersalah.

Dalam pergulatan melawan kaum radikal, teroris, intoleransi yang dilakukan oleh Abu Janda, saya mendukung 100 persen. Termasuk melawan Susi Pundjiastuti sekali pun. Berkat Abu Janda lahirlah kadrun berjudul: Susi Pudjiastuti.

Bagiku, Abu Janda adalah kawan seperjuangan yang tak akan saya tinggalkan. Dalam suka dan dalam derita. Abu Janda I am with you!
========================



(3)
ASU, CAPRES CAWAPRES 2024.
Anies-Susi
disingkat ASU.. 😂😂🙈

Test the water nya diuji pada Pilkada DKI 2022 nanti.

Target utama, tertuju pada Pilpres 2024.

ASU bakal didukung PKS, Nasdem dan PAN. Metode kampanye, politik identitas, isu SARA, dan rekayasa foto, ala Pilkada DKI 2017.

Metro TV dan Media Grup, full coverage skenario ini? Iyaa, jika ownernya memerintahkan seperti itu.. 

Seperti kita ketahui, Surya Paloh,  boss besar Metro TV dan Media Grup, adalah elite politik pertama, yg merekomendasikan Anies sbg salah seorang unggulan dari Nasdem, untuk Capres 2024 nanti.. Nasdem tidak melihat tokoh lain, yg elektabilitas nya sebaik Anies waktu itu. 

Semula Surya Paloh sempat ragu dengan Anies, karena miskin prestasi dan banyak unfaedah dalam program pembangunan yg dibuatnya di DKI. Program unfaedah Anies tsb sering menjadi bahan olok2 masyarakat se Indonesia.

Namun dukungan benalu politik 3C kepada Surya, membuat ketololan  yg sudah diperbuatnya, seolah akan dapat ditutupi jika ada figur kuat melapis Anies.

Nama Susi diajukan ke Surya, dengan segala benefitnya.. Kloop.. Om bewok tertarik dan disusun lah roadmap menuju pilkada DKI 2022 hingga roadmap menuju Pilpres 2024..

Trio3C dipastikan ada dibelakang rencana ASU ini. 

Harus nya, skenario rahasia ini, belum saatnya untuk terekspos ke publik.. Kehadiran si Susi, yg tiba2 dapat slot program di jam prime time pada Metro TV, lebih dari setahun ini dimaksudkan untuk pra kondisi Susi, menuju kursi Istana, adalah bagian dari roadmap tsb.

Nama program Cek Ombak yg dipilih Susi untuk acara nya tsb, dimaksudkan untuk menguji reaksi publik atas tinggi rendahnya tingkat popularitas Susi, yg sudah tidak dipercaya lagi oleh Presiden Jokowi, ada di dalam kabinet.. 

Dengan program tv ini, Susi sekaligus dapat bargaining ke sejumlah pihak. Kaum kadrun dan KAMI sbg barisan sakit hati, menaruh harapan pada kehadiran Susi. Perempuan bertatoo dan perokok berat yg semula dibenci kadrun PKS, mendadak jadi disayang mereka..

Namun tiba2, Susi kepedean dan kepeleset arogan.. Sosok Permadi Arya alias Abu Janda, yg sejak lama menjadi benteng pembela Susi, saat dirinya dipersoalkan kadrun karena tatoo nya, justru dizolimi Susi dengan enteng nya.. Susi dalam cuitannya di media sosial, menghimbau followersnya agar unfollow Permadi Arya.

Netizen kaget. Tidak menyangka, si Susi berbalik menjadi malin kundang pada Permadi Arya, demi kepentingan politik kekuasaan nya.. Tanpa ampun, ajakan unfollow justru memakan dirinya sendiri..  

Netizen marah dan sgt kecewa dgn kesewenang-wenangan Susi dlm bersikap.. Sejak kmrn dan hari ini, sikap mengunfollow akun Susi di medsos, justru berlanjut terus..

Kejadian yg diluar alur roadmap ini, bikin gusar kubu PKS dan Nasdem.. Reaksi netizen yg membela Permadi Arya, diluar hitungan Susi dan Nasdem..

Satu persatu keburaman Susi yg selamat ini tertutup rapi ke publik, kini mulai terkuak.. 

Publik dibuat kaget dgn info yg beredar di medsos, bahwa dulu, Susi menyewakan 20 unit bus untuk memberangkatkan warga Pangandaran, ikut aksi 212 ke Monas Jakarta.. Aksi 212 yg dinilai sbg bagian dari cara untuk menjatuhkan Jokowi lewat kasus Ahok saat itu, diam-diam turut didukung Susi.. 

Blundernya Susi ini mengacaukan skenario tersembunyi yg selama ini manis berjalan...

Banyak orang skrg baru paham, mengapa Presiden Jokowi, melihat kan sikap tidak mau bertemu Susi  lg, sejak periode 5 thn kabinet pertama nya itu tuntas.. Boro2 diajak kembali membantu bekerja dalam kabinet, untuk bertemu Susi pun, Presiden menampiknya..

Bisa jadi, inilah buah dari karma yg harus dirasakan Susi.... 

Dan memang keberuntungan singkatan ASU sebagai sebuah ikonik pasangan Capres, jauh dari keberuntungan apalagi ridho dari langit dan bumi..

Susi, kau layak Tenggelam, atas kesombongan diri mu sendiri... Di dasar laut, barangkali ada sekolah yg bisa melengkapi ijazah SMP mu, menjadi punya ijazah SMA, hingga minimal ijazah S1. Itulah standar  keilmuan dan akademik, untuk lahir nya etika dan moralitas seorang intelektual.

Dan semua yg dibelakang layar itu, sudah diketahui bapak Presiden kita.
Budhius Ma'ruff ✍️
Reposting HariMerdeka Drecpecs ✊🇮🇩
===========================
(4)
OPSI ARBITRASE
Oleh: Josef H. Wenas
Saya kira Polri perlu mulai mempertimbangkan opsi arbitrase diluar proses pidana dalam persoalan saling tuduh SARA antara Natalius Pigai-Abu Janda yang telah melibatkan para pihak diluar mereka berdua merasa berkepentingan.

Masalahnya Pigai sendiri punya jejak digital terkait ucapannya yang juga bisa dipersepsikan SARA. Saling lapor pidana semacam ini akan membentuk bola salju yang akan mengundang bermacam "vested interests" untuk ikutan membesarkan gelundungannya. 

Kemarin mulai muncul desakan di media mainstream agar Abu Janda segera ditangkap, bahkan lebih jauh lagi, kasus ini akan jadi alat ukur kinerja Kapolri yang baru. 

Besok, kalau jejak digital tuduhan SARA oleh Pigai terhadap etnis Jawa menggelundung jadi bola salju, gantian akan didesak bahwa kinerja Kapolri ukurannya adalah memproses pidana Natalius Pigai.

Jadi mana yang benar, Kapolri diukur dari bertindak tegas terhadap Abu Janda atau terhadap Natalius Pigai? 

Atau terhadap keduanya? Hati-hati, the devil is in the details, apa yang kelihatannya serupa belum tentu sama dalam suatu penyelidikan pidana. Kerumunan Rizieq Shihab ternyata tidak sama dengan kerumunan Rafi Ahmad, bukan?

Kalau Kapolri baru kita nanti berhasil ditarik kedalam dilema bola salju SARA ini, bukan tidak mungkin sasaran berikutnya adalah atasan langsung Kapolri. 

Yang paling updated adalah buntut "Insiden Km 50 Tol Cikampek." Setelah gagal menarik Presiden Jokowi kedalam pusaran kasus ini, lalu ada pihak yang pikirannya ngawur— padahal tahu sudah pasti ditolak— tetap saja mau membawanya ke ICC di Den Haag. 

Bola salju itu liar, bongkar-bongkaran SARA antara Abu Janda-Pigai, bisa saja membesar dengan ikutan kasus-kasus lain yang serupa di masa lalu. Faktanya, selalu ada pihak yang ingin membesarkannya!
Two wrongs don't make a right.
-Josef H. Wenas, Yogyakarta 31 Januari 2021
🇮🇩🙏🇮🇩
========================

Sunday, January 31, 2021

[Denny Siregar] Brilian Gus Yaqut , Borobudur Jadi Pusat Budha Dunia - WAKILRAKYAT.IniOK.com

*Catat: Video ini tidak ada intrupsi iklan.*
*Brilian Gus Yaqut , Borobudur Jadi Pusat Budha Dunia*
*Kami selalu menyuarakan pikiran Rakyat*

Saturday, January 30, 2021

[Ninoy Karundeng] Ketika Tempo Jadi Budak Bohir

*Ketika Tempo Jadi Budak Bohir*
https://wakilrakyat.iniok.com/2021/01/ninoy-karundeng-ketika-tempo-jadi-budak.html

_KETIKA TEMPO JADI BUDAK PARA BOHIR Tempo_. *Atau Tempe.* Itulah yang terngiang dalam pikiran banyak orang, setiap mendengar kata Tempo. Padahal, dulu Tempo adalah enak dibaca dan perlu. Waktu berlalu. *Tempo berubah dari media berbobot ke media robot.* Kaki tangan bohir yang mengendalikannya. 


*Tempo hanyalah nama integritas masa lalu. Bukan sekarang.* Publik ingat kasus ketika Tempo menjadi budak KPK pro Novel Baswedan – anti Firli Bahuri. Oposan Presiden Jokowi. Ujung dari peran Tempo sebagai buzzer KPK Novel adalah dukungan ke Anies Baswedan, Jusuf Kalla, tewasnya 6 teroris FPI pun dia bela. Pekan ini, Majalah Tempo mengeluarkan opini dengan judul mentereng, dengan cover Herman Hery. Bancakan Bansos Banteng. 


*Opini Tempo tentang korupsi Juliari Batubara digiring liar.* Menyasar Puan Maharani. Kata Madam diarahkan padanya. Opini yang menyerang elite PDIP. Cara Tempo mengemas narasi pelintiran sungguh cerdas. Betapa wawancara blunder Herman Hery dimanfaatkan oleh Tempo dengan sangat baik. Omongan ngalor-ngidul tak karuan kisah perjalanan hidup Herman Hery dibungkus oleh Tempo menjadi narasi opini, tentang keterlibatan elite PDIP. 


*Bahkan Tempo pun mengulas kasus serempetan mobil Herman dengan Ronny Kosasih* di arteri Pondok Indah di 2018. Juga kasus soal penyitaan minuman keras di Ende 2015, bahkan soal ketika menjadi saksi di KPK yang menjerat Jacobus Purwono. Semua dipaparkan sebagai batu lompatan opini tentang kriminalisme Herman. 


*Lalu, Tempo menarasikan sendiri pertanyaan keterlibatan Puan Maharani,* meskipun Herman Hery tidak menyebutkannya. Sangkalan, jawaban, atau afirmasi Herman dipakai Tempo menyatakan dugaan keterlibatan Ketua DPR tersebut. Nanya sendiri, dijawab sendiri. Itulah cara menggiring opini ngawur. Lebih parah lagi, tempo pun mengulas bocoran informasi dari sumber yang mantap: penegak hukum. Ikhwal pembocoran informasi dari penegak hukum ini menjadi menarik. Tempo melanggar hukum. 


*Bersamaan dengan Tempo, orkestrasi penggiringan opini tanpa dasar secara simultan* dilakukan oleh skondan Tempo: Najwa Shihab. Najwa menggunakan kata Madam untuk topik yang sama. Untuk saling mendukung. Klop kaki tangan Cendana, dengan kaki tangan Novel dan Anies Baswedan. Slogan mentereng Tempo sebagai media yang memaparkan paparan mendalam dan investigatif hanyalah omong kosong. 


*Tempo Majalah tak lebih dari kaki tangan kelompok kepentingan.* Bahkan tak segan melakukan jurnalisme fitnah dan hoaks. Namun dengan kecerdasan menulis opini tingkat tinggi. Publik awam akan terkecoh cara penyajian informasi gaya post-truth Tempo baik majalah maupun koran. Tidak ada yang berbeda keduanya. Bagi Tempo yang penting melempar isu. Kata-kata seperti ditengarai, diduga, disandingkan dengan hasil wawancara Herman Hery. Agar seolah penggiringan opini tak berdasar Tempo hasil dari wawancara. 


*Narasumber tidak jelas, sumber informasi yang tidak bisa dikonfirmasi,* dijadikan dasar merangkai cerita. Suatu cara menggiring isu dan penghakiman terhadap elite PDIP agar tampak seolah telah melakukan jurnalisme yang berimbang. Sejatinya Tempo tak lebih dari melakukan jurnalisme pelacuran: demi sensasi murahan dan duit. 


*Narasi terkait Herman Hery yang dibungkus Tempo sebagai alat menyerang Puan* Maharani tidak mengena telak. Pasalnya, Tempo seharusnya mengulik keterangan yang lebih pas dari Ihsan Yunus, karena lebih tampak jelas gambaran keterlibatannya dalam urusan Bansos. Bukan lewat pintu Herman Yunus. Sampai di titik ini, tidak ada satu pun bukti, baik wawancara dengan Herman, Lia, dan narasumber tidak jelas lainnya, tentang keterlibatan Puan Maharani. 


*Kegilaan Tempo yang menggiring opini seenak jidat sendiri, seperti Najwa Shihab* ketika dia menggiring seolah ada penganiayaan sebelum 6 teroris FPI tewas, harus dihentikan. Dilawan. Jurnalisme ngawur – dengan dibungkus dengan cara cerdas – tetap akan menunjukkan kejahatan Tempo. Kita terlalu lama membiarkan Tempo beropini ngawur. 


*Sejak sebelum Pilpres 2019, kasus perang opini KPK*, penyerangan pribadi Presiden Jokowi sebagai Pinokio, membuat Tempo makin keranjingan. Tempo merasa kebal hukum. Sepak terjang seperti itu harus dihentikan. 


*Sama halnya ketika publik mengritisi, menyerang, dan menghancurkan Najwa Shihab* sebagai *kaki tangan Cendana. Tempo pun berubah menjadi Tempe busuk*. (Penulis:_ Ninoy Karundeng_)

*Kami selalu menyuarakan pikiran Rakyat*

Friday, January 29, 2021

[Rudi S Kamri] Ada Pasar Muamalah Ala Khilafah Di Depok, Kenapa Negara Diam Saja ?

*Catet: Semua Video Di WAKILRAKYAT.IniOK.com bebas dari Iklan*
*Ada Pasar Muamalah Ala Khilafah Di Depok, Kenapa* *Negara Diam Saja ?*
Pasar Muamalah yang ada di Depok dan 25 tempat lain di Indonesia merupakan indikasi infiltrasi ekonomi berbasis khilafah yang melanggar UU dan berbagai peraturan lainnya serta merupakan ancaman terhadap ideologi Pancasila, mengapa dibiarkan ? Kemana Negara dan Bagaimana pasar sistem khilafah itu beroperasi? 
Ikuti penjelasan Rudi S Kamri, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa di *WAKILRAKYAT.IniOK.com*

Tags

3 Denny Siregar (14) Aoky Vera (11) 1 Ade Armando (7) 2 Raja Bonar (7) Ninoy N Karundeng (7) Eko Kuntadhi (6) 4 Rudi S Kamri (5) Andre Vincent W (5) Iyyas Subiakto (4) Perangi Radikalisme (4) Analisis Politik (3) Politik (3) Surat Terbuka (3) BUMN (2) Birgaldo Sinaga (2) Dugaan Rekayasa (2) Jubir Teroris (2) Kejahatan Organisasi (2) Pembohongan Publik (2) Perangi Teroris (2) Tingkah Laku (2) Tirta (2) Tito Gatsu (2) Ajaran Nabi (1) Akhmad Sahal (1) Aneh Bin Nyata (1) Aoki Vera - Live (1) Aroma Koruptor (1) Asi News (1) Azab DKI (1) Balap Mobil (1) Banjir Jakarta (1) Benahi DKI (1) Berita Sidang (1) Biografi Ade Armando (1) Dikormersialisasi (1) Diluar Logika (1) Dosen Universitas (1) Dugaan Cina (1) Fakta Sejarah (1) Fraksi Tv (1) Gratis Masuk Sekolah (1) Gubernur DKI (1) Hafal Alquran (1) Halal Dan Haram (1) Hutang Negara (1) Ideologi Negara (1) Instrospeksi Diri (1) Janji Politikus (1) Jaya Wijaya (1) Joko Widodo (1) Jubir FPI (1) Kadrun Berjatuhan (1) Kebobrokan Pejabat (1) Kebodohan Gubernur (1) Kebohongan Pejabat (1) Ken Setiawan (1) Korupsi (1) Kura-Kura (1) Maling Teriak Maling (1) Masalah Reklamasi (1) Melengserkan Jokowi (1) Membela Negara (1) Mobil Kalengkaleng (1) NKRI Harga Mati (1) Neo PKI (1) Nyai Dewi Tanjung (1) Orde Baru (1) Organisasi Bermasalah (1) Ormas Bermasalah (1) Pancasila (1) Pembongkar Kasus (1) Perangi Korupsi (1) Prilaku DPR RI (1) Proxy War (1) Raja Bonar (1) Rencana Menjatuhkan (1) Revisi UU KPK (1) Sarang Teroris (1) Sejarah Kelam (1) Setia Kecurangan (1) Siapa Raja Bonar (1) Situs Dialihkan (1) Soal Banjir (1) Suara Rakyat (1) Syarat Jadi Presiden (1) Terlalu Go3blog (1) Tidak Berlangsungkawa (1) Tolak Wisata Halal (1) Tunggangi Papua (1) Umat Islam (1) Vaksin (1) Wakil Rakyat (1) Wanita Jepang (1) William (1) Wisata Netral (1)